Jakarta,NU Online
Membuka usaha apapun termasuk susu NUCO bagi PBNU ini berarti kembali ke
khittah dan jati diri pesantren. Yaitu menjadi NU dan warga NU (nahdliyyin)
yang berilmu, beramal, mandiri, sederhana dan menanamkan persaudaraan
terhadap siapapun. Jati diri ini tidak bersifat politis, sehingga dengan
siapapun NU dan warga NU wajib menjalin persaudaraan.
”Bahwa NU harus hadir di semua bidang. Jadi, tidak cukup sebagai umat yang hanya ada di tengah-tengah (wasathon), melainkan harus hadir dan berperan (syuhada)
di semua bidang kehidupan masyarakat, bangsa dan negara,” tutur Ketua
Umum PBNU KH Said Aqil Siradj saat membuka peluncuran susu NUCO di
Gedung PBNU Jl. Kramat Raya Jakarta, Selasa (15/3).<br />
Yang pasti lanjut Said Aqil, semua peran yang ada baik teknologi,
informasi, sosial politik, ekonomi, keilmuwan dan sebagainya adalah
untuk mendorong terwujudnya sebuah peradaban. ”Itu penting, karena
biasanya warga NU itu fuqora dan masakin. Sedangkan pengurusnya
mustad’afin. Untuk itu dengan usaha ini semoga kita ke depan makin
maju,” katanya berharap.
Ia menceritakan jika ayahanda Gus Dur adalah merupakan tim inti
persiapan kemerdekaan Indoensia. Di mana beliau ketika itu sudah akrab
dengan Bung Karno, Bung Hatta dan tokoh lainnya termasuk yang berasal
dari China. ”Jadi, NU ini sejak dulu sudah bersaudara dengan semua orang
dan komitmen untuk menegakkan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah,
ukhuwah basyariyah,” tambah Said.
Khusus untuk China lanjut Kang Said, yang pertama datang ke Indonesia
adalah kerajaan Mongolia, dan kedua Cheng Ho. Nah, Cheng Ho ini memiliki
sejarah khusus dengan Islam. Mereka itu masuk Islam dan menikah serta
turun temurun dengan warga Jawa Barat.
Mereka tersebar di Cirebon, Kuningan dan seluruh Jawa Barat termasuk
Banten. Lalu, kenapa disebut Kuningan dan Sunda? Disebut Kuningan
menurut Kang Said, karena setelah menikah dengan orang China
keturunannya berkulit kuning sehingga disebut daerah Kuningan.
”Dan Sunda, artinya Sun berati jagalah, dan Da adalah agama. Karena itu
Sunda berarti jagalah agama ini. Itu pesan-pesan dari Cheng Ho dan tokoh
China lainnya yang memeluk agama Islam berkat perjuangan Sunan Gunung
Djati,” tutur Said Aqil lagi.
Setelah dari Jawa Barat dan Banten, Sunan Gunung Djati kemudian
mengislamkan Batavia, Jayakarta atau Jakarta. Oleh sebab itu warga
Jakarta atau warga Betawi ini mewarisi perjuangan Sunan Gunung Djati.
”Jadi, NU ini bersaudara dengan siapa saja. Bahkan Nabi pun menganjurkan
agar kita mencari ilmu ke negeri China (walau bisshin). Bukan Roma,
Amerika, Inggris dan lain-lain,” katanya.
Anehnya menurut Kang Said, dalam sejarah Islam, justru di negeri China
dan negara-negara komunis masjid-masjid dilindungi. Sebaliknya, di
negara-negara Wahabi masjid dihancurkan. ”Yang jelas dengan kehadiran
susu NUCO ini harus didukung bersama dan untuk kemandirian bersama.
Kalau sekali-kali ke politik, itu kan kerjaan sampingan,” ungkap Said
yang disambut tawa hadirin.(amf)
Sumber : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,27294-lang,id-c,warta-t,Said+Aqil++NUCO+Berarti+Kembali+ke+Jati+Diri+Pesantren-.phpx